Minggu, 15 Agustus 2010

30 Menit Materi Cinta

Posted by licha On Minggu, Agustus 15, 2010 | No comments
30 Menit Materi Cinta
CINTA Tagged cinta banget, materi cinta, siswa ngantuk April 5th, 2009

Mengajar pada jam terakhir di hari Sabtu memang menjengkelkan. Betapa tidak, pada jam-jam itu anak-anak sudah tidak concern lagi dengan apa yang disampaikan oleh guru di depan kelas. Pikiran mereka hanya tertuju pada pulang dan weekend. Pidato sehebat pidatonya bung Karno sekalipun tak akan mampu memalingkan pikiran mereka dari indahnya malam Minggu. Bel pulang masih 30 menit lagi, masih lumayan lama. Aku memutar otak memikirkan cara agar generasi penerus bangsa ini kembali terfokus pada apa yang kusampaikan. Karena tidak menemukan caranya, maka aku cerita saja tentang trend berinternet saat ini yaitu wabah facebook dan blog berujung pada Say it with blog writing contest nya blogdetik. Akhirnya, kita berbicara tentang CINTA. Begitu masuk topik ini, maka pandangan mata anak-anak yang awalnya terlihat seperti lilin tertiup angin, kini terang benderang seperti lampu Neon 40 watt, berbinar-binar.
Tak mau kehilangan momentum maka aku menulis di papan tulis sebuah pepatah Perancis “ L’amour n’est pas parce que mais melgre”.


“ kalimat apa itu pak ?” tanya anak-anak
“ ini adalah sebuah pepatah Perancis, kalau diterjemahkan berarti “Cinta itu bukan karena tapi walaupun” jawabku sambil kutulis di bawah kalimat Perancis itu terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Kulihat anak-anak mulai mempergunakan sisi kanan dari belahan otaknya untuk bisa memahami pepatah Perancis ini. Semuanya tampak Serius, membuatku tersenyum puas karena berhasil mengecoh pikiran-pikiran mereka tentang weekend.
“ Anak-anak, apakah ada diantara kalian yang bisa membantu bapak menjelaskan pepatah ini ?”
Ruang kelas sunyi senyap, tidak ada satupun suara terdengar. Semua siswa berpikir keras untuk memahami pepatah itu. Namun tiba-tiba keheningan itu pecah, Fanny, si broadcaster manis pemandu acara Request di radio sekolah mengacungkan tangannya.
“ Saya bisa menjelaskannya, pak !” serunya dengan penuh keyakinan.
“ Silahkan, Fanny”
“ Cinta yang sesungguhnya adalah jika seseorang yang mencintai mengesampingkan segala kelebihan dan kekurangan. Dia tidak mempertimbangkan sebab-sebab dia mencintai. Maka belum bisa disebut cinta sejati kalau seseorang mencintai karena kecantikan, ketampanan, kekayaan, kepandaian atau hal-hal lain. Sebaliknya, bisa disebut cinta sejati kalau seseorang tetap mencintai walaupun orang yang dicintainya, jelek, miskin, bodoh bahkan sudah hancur di dalam kubur. Begitu juga mencintai Allah, belum bisa dikatakan mencintai Allah kalau mencintai itu karena takut dimasukkan dalam neraka, mengharapkan surga atau karena Allah telah berbuat baik kepada kita. Mestinya kita mencintai Allah walaupun kita tidak merasakan kebaikanNya. Oleh karena itu….”
“Kring….. kring …… kriiiing”
Bell pulang menghentikan penjelasan Fanny…
“ Maaf Fanny, terpaksa penjelasanmu harus dilanjutkan minggu depan, karena yang ditunggu-tunggu oleh semua orang di sekolah ini telah datang. Anak-anak … kita lanjutkan Sabtu depan ya….. silahkan bersiap-siap dan berdoa”.
Aku tak tahu apa yang berkecamuk dalam pikiran Fanny atau pun teman-temannya se kelas saat itu. Mungkin penasaran dan ketidakpuasan. Bagiku yang penting Sabtu depan aku punya topik yang bisa membuat anak-anak concern dan tidak ngantuk di 30 menit menjelang pulang. He… he….. he… :)

0 pendapat:

Posting Komentar

Blogroll